Sabtu, 29 Juni 2013

. Pengertian istilah Social studies dan IPS


  1. Arthur G. Binning and David H.Binning (1982) mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial.
  2. Edgar B. Wesley (1980), mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah Ilmu-ilmu Sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah.
  3. Willian B. Ragam (1982), menyatakan bahwa: Program Studi Sosial mencerminkan bahan-bahan dari berbagai ilmu Sosial, tetapi ia juga mempergunakan bahan-bahan dari masyarakat setempat.
  4. John Jarolimek (1967) menyatakan bahwa: Studi Sosial merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang materi pelajarannya terdiri dari ilmu-ilmu social seperti; Sejarah, Geografi, Ekonimi, Antropologi, Soiologi, Politik, Psykologis Sosial bahkan termasuk Ilmu Filsafat.
  Jadi Studi Sosial dapat pula dikatakan sebagai bagian-bagian dari ilmu sosial yang diseleksi atau dipilih untuk tujuan pengajaran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram Jarolemek sebagai berikut:
GEOGRAPHY
 
SOCIOLOGY

 
                                                                    
ANTROPOLOGY

 
 

SOCIAL
PSYCHOLOGY
 
 SOCIAL STUDIES

 
                                                                       
POLITICAL SIENCE
 
                                             
PHILOSOPHY
 
                                                                    
ECONOMIC
 
  
                                                                                                                                                                                                            
       Selanjutnya akan dikemukakan pula pengertian IPS menurut para pakar Ilmuan Sosial di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Nasution.D,Prof,Dr M.A (1975) merumuskan bahwa IPS adalah suatu program Pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.  Dapat juga dikatakan bahwa IPS pelajaran yang merupakan fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran Ilmu-ilmu sosial. Atau IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial.
2. Nu’man Sumantri dan kawan-kawan (1973) merumuskan bahwa, IPS sebagai bahan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat SD, SLP, dan SLA.
3. IPS adalah suatu bidang studi yang merupakan paduan sejumlah mata pelajaran Sosial (Departmen P dan K R.I)
4. A. Kosasi Djahiri (1983) merumuskan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan ang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
           Berdasarkan pada uraian tentang pengertian IPS, maka guru IPS diharapkan selain memahami orientasi dan pendekatan kurikulum, juga memahami konsep-konsep dan generalisasi yang terdapat dalam kurikulum maupun dari buku paket dan buku teks lainnya yang dianggap tepat untuk diajarkan. Upaya itu dimaksudkan agar konsep dan generalisasi dapat diajarkan sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan yang beranggapan bahwa pengajaran fakta selama ini sudah tidak memadai lagi, seperti dikatakan Edwin Fenton (1976) bahwa: fakta semata tidaklah berarti apa-apa untuk dirinya sendiri. Fakta akan memiliki arti dalam fikiran orang yang mempelajarinya. Suatu fakta yang sama akan mempunyai arti yang berbeda terhadap dua orang yang pandangannya berbeda.
            Dapat juga dikatakan bahwa pelajaran IPS ini diharapkan bukan hanya penanaman, pembinaan pengetahuan konsepsional belaka, melainkan ialah pembinaan pengerian sikap terhadap nilai-nilai praktis (operasional) dari pada konsep tersebut serta kemahiran penerapannya sebagai insan sosial.   Oleh karena pengajaran IPS bukan sekadar menyedorkan serentetan konsep-konsep saja, melainkan kemampuan guru dan siswa menarik nilai/arti yang terkandung dalam konsep, serta bagaimana cara menerapkannya.
       Kardiyono Mertodihardjo (1984) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang, fakta, konsep  generalisasi dan teori, maka secara  jelas akan diuraikan dan berurutan melalui Hirarki Konsep seperti pada bagang berikut :       
teori
 
 

abstraksi                  
Generalisasi
 
 

abstraksi
Konsep
 
 

abstraksi
Fakta
 
 

verbal
 

Persepsi
 
preverbal                                                                                                                

Keterangan:                                             Proses Induktif
                                                                     Proses Deduktif

1.      Persepsi adalah pengamatan melalui indra, penafsiran terhadap suatu persepsi dipengaruhi pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki seluruhnya oleh seseorang. Persepsi ini merupakan proses penyaringan berdasarkan pengalaman-pengalaman. Persepsi merupakan produk mental dari hasil pengalaman ia merupakan bahan mental untuk berfikir melalui daya persepsi dan daya mengingat, seseorang mengumpulkan informasi tentang kejadian (fakta) di sekelilingnya.
2.       Fakta adalah kejadian, obyek atau gejala-gejala yang sudah atau dapat dibenarkan oleh indera. Fakta yang diperoleh berdasarkan observasi tidak mempunyai arti sendiri, ia sekedar alat. Ilmu dibentuk dari fakta, sebagaimana halnya batu bata sebagai alat pembentuk gedung. Kumpulan fakta bukan gedung, kumpulan fakta bukan ilmu. Fakta merupakan data mentah bagi pembentukan konsep. Sebagai contoh: Bumi beredar mengelilingi matahari, Kuala Lumpur Ibu Kota Negara Malaysia dan sebagainya.
3.      Konsep adalah suatu abstraksi (hanya dalam ingatan dan pikiran) dari fakta dan persepsi. Merupakan gambaran dikepala (inpresi, visualisasi, representasi gejala-gejala) konsep memberikan arti keteraturan dan pengalaman. Konsepsi merupakan pembedaan/pemilikan secara sadar dari pengalaman persepsi yang pernah dieroleh. Konsep tidak dapat dipelajari tanpa pengalaman yang relevan dengan gejala/kejadian yang akan di”konsep”kan. Salah konsep (misconception) terjadi karena adanya penghilangan atau penambahan dari apa yang esensil ada didalam konsep. Akibatnya: kekeliruan dalam penyamaan terhadap gejala-gejala lain, ini dinamakan “over generalization”. Jenis konsep yang dikembangkan oleh anak didik terbatas pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya, konsep berguna untuk menggolong-golongkan benda, ide, kejadian, konsep harus dapat di abstraksikan, ini sangat esensiil. Perlu diberikan catatan penting bahwa, Stereotipe ialah konsep tentang orang/obyek, tempat, kejadian yang belum terwujud berdasarkan pengalaman-pengalaman yang cukup. Sedangkan fungsi konsep disini adalah (1) sebagai unsur respon terhadap sesuatu kejadian atau maksud, (2) sebagai perantara kejadian dan perbuatan dan perbuatan/kelakuan, (3) membantu kita untuk membedakan, menggolongkan, memperhitungkan fakta-fakta di sekeliling kita. Oleh karena itu setiap disiplin ilmu sosial memiliki dan mengembangkan konsep-konsep masing-masing yang dilakukan oleh para ahlinya seperti jenis-jenis konsep yang perlu dikembangakan oleh para guru IPS adalah (a) konsep konjungtif, (b) konsep disjungtif, (c) konsep relasional, (d) kosep infret, dan (e) konsep ideal.
4.      Generalisasi adalah merupakan paduan dari dua atau lebih dari konsep-konsep: dapat sederhana (kian besar keluarga, kian besar biaya), dan dapat kompleks (setiap masyarakat memiliki kebuadayaan masing-masing). Kumpulan dari generalisasi atau biasanya berupa prinsip, dalil, hukum, pernyataan dapat membentuk teori. Generalisasi berfungsi dalam pengajaran IPS antara lain adalah (1) membantu dalam pemilihan bahan pelajaran, (2) sebagai tujuan umum IPS, (3) mengorganisasi kegiatan belajar mengajar, (4) membantu dalam membangun hubungan pengertian atau artikulasi bahan-bahan pengajaran dalam kurikulum IPS. Selain hal tersebut juga generalisasi memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain (a) generalisasi menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih, (b) generalisasi lebih bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan pada keseluruhan dan bukan bagian atau contoh, (c) generalisasi adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dan bukan sekedar konsep, (d) generalisasi didasarkan pada proses. Generalsasi dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan pengamatan semata (e) generalisasi berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya, (f) generalisasi bukanlah sekedar pernyataan yang diverbalkan atau penegasan pernyataan akan tetapi satu kesatuan pengertian.
5.      Teori adalah bentuk pengetahuan dalam tingkat tertinggi, merupakan salah satu dari tujuan pokok didalam perkembangan setiap disiplin/ilmu.Terdiri dari suatu proposisi (generalisasi) yaitu: prinsip, dalil, hukum, dan sebagainya yang saling berhubungan yang dapat diuji kebenarannya.
          Bahan pelajaran IPS pada konsep-konsep dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik  psykologi sosial dan ekologi. Disamping lingkungan alam dan masyarakat sekeliling juga memberikan bahan berupa fakta-fakta (M. Abduh, 1990). Oleh karena itu guru IPS wajib mengetahui konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial dan fakta-fakta sekitar dengan baik. Ruang lingkup IPS ialah keseluruhan lapangan ilmu sosial. Dalam pengajaran IPS baik konsep maupun generalisasi diupayakan agar ditemukan sendiri oleh siswa melalui pendekatan induktif. Namun untuk kepentingan pengajaran ada baiknya bila guru sendiri telah memiliki konsep-konsep dan generalisasi, yang dapat digunakan untuk menguji konsep-konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa. Tidak berarti bahwa rumusan konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa harus sama persis dengan konsep dan generalisasi temuan guru.
       Setiap cabang ilmu sosial mempunyai titik berat perhatian yang berbeda-beda, misalnya: Sejarah sangat memperhatikan aspek waktu, Geografi sangat memperhatikan aspek keruangan, Ekonomi sangat memperhatikan aspek kelangkakaan sumber kebutuhan hidup, Sosiologi aspek masyarakat dan seterusnya. Adanya titik berat perhatian yang berbeda-beda itu, maka setiap cabang ilmu sosial mengembangkan konsep dan generalisasi masing-masing sesuai dengan titik berat perhatiannya. Setiap siswa perlu menguasai pengertian tentang konsep dasar dan generalisasi berbagai cabang ilmu sosial yang dapat dipergunakan untuk mempelajari persoalan kemasyarakatan, mencoba menyelami prosesnya dan mencoba ikut memecahkannya. Mempelajari konsep dan generalisasi IPS sangat penting karena: (a) siswa mudah memahami proses-proses yang terjadi dalam masyarakat, (b) konsep dan generalisasi tidak mudah dilupakan, Karena diperoleh melalui pemahaman dan bukan melalui hafalan. (c) konsep dan generalisasi yang dipahami membuat sesuatu peristiwa menjadi lebih jelas kaitannya satu dengan yang lainnya.
            Pengajaran IPS sifat menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami, karena IPS menangani bahan pelajaran dalam hubungan tali temali, kait berkait  atau “Integrated” atau “Interdisipliner”. Program IPS harus mengembangkan; pengertian, sikap, dan keterampilan. Pengertian; menyangkut perkembangan fakta, konsep dan generalisasi yang merupakan isi dasar IPS. Hal ini dapat diambil dari ilmu-ilmu sosial dan dari pengalaman dalam masyarakat sendiri. Sikap; menyangkut nilai, apresiasi, dan ide-ide yang diperoleh anak didik melalui program IPS. Sedangkan keterampilan; menyangkut kemampuan tehnis dan fisik. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan perlu dikembangkan pada setiap program IPS sesuai dengan tujuan IPS. Setiap program IPS hendaknya berorientasi kepada Negara, bangsa dan masyarakat Indonesia sendiri.
       Mulyono Tj (1982) mengemukakan bahwa pengajaran IPS perlu pula memperhatikan bagaimana cara memilih dan menyusun konsep, agar pelaksanaan dan pengembangan materi pelajaran tidak bermasalah, artinya tidak terjadi kesalahan dalam memilih konsep atau salah konsep maka perlu diperhatikan cara memilih konsep hendaknya dipilih berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut yaitu: (a) perinsip keperluan, (b) perinsip ketepatan, (c) perinsip mudah dipahami, dan (d) perinsip kegunaan. Sedangkan cara menyusun konsep adalah: Konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan fakta yang memiliki ciri-ciri yang sama. Konsep itu terwujud dari bentuk konkrit ke bentuk abstrak. Proses ini dilakukan oleh anak-anak didik berdasarkan latar belakang pengalamannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar